Long time no
blogging, heheu. Tahun ini adalah Ramadhan pertama saya jauh dari rumah, bahkan
jauh dari tanah air. Berasa banget enaknya hidup di Indonesia kalau lagi puasa
begini. Waktu puasa yang hampir selalu stabil sepanjang tahun (kurang lebih
13-14 jam aja), ta’jil yang jenisnya ngga terhitung dan semuanya enak dan
semuanya bisa dibeli di mana aja (kolak, es timun suri, es blewah, cendol,
martabak, kurma, sampe gorengan dan sirop marjan, uhuu) dan kesempatan untuk
berbuka bersama keluarga.
Di Kyoto tahun ini
Ramadhan jatuh pada awal summer, pertengahan Juni sampai pertengahan Juli 2015.
Karena masih awal summer, cuacanya masih bersahabat. Bahkan awal puasa ini
masih musim hujan. Alhamdulillah, jadi belum begitu terasa haus atau capek.
Yang paling berat adalah bangun sahurnya, haha. Subuh disini jam 3 pagi, dan
matahari baru pamit selepas jam 7 malam. Isya baru mampir jam 9 malam, jadi
bisa diperkirakan tarawih selesai jam berapa. Godaan terberat di siang hari pun
bisa jadi bukan makanan atau minuman, melainkan mbak-mbak cantik berpakaian
minim. Maklum summer. Untung saya cewek. Huft.
Tapi di balik
kesulitan selalu ada kemudahan. Alhamdulillah banget di asrama saya, anak
Indonesianya ada beberapa orang. Biasanya kami buka dan sahur bareng, jadi ngga
perlu galau-galauan harus bangun malam dan makan sendirian. Apalagi hampir
seminggu sekali ada acara iftar party keluarga muslim Indonesia, yang makanan
Indonya berlimpah sampe bisa dibekel pulang. Surganya para bujang dan lajang
seperti kami, uhuhuy. Kangen tanah air sedikit terobati. Mungkin ini bakal jadi
salah satu yang paling dikenang sepulang ke tanah air nanti.
Sekitar sebulan
sebelum Ramadhan mulai, teman-teman lab dan sensei saya sering bertanya tentang
Ramadhan. Kapan dimulai (dan kenapa mulainya beda-beda)? Apa yang boleh dan
ngga boleh dilakukan? Kamu ngga makan sama sekali? Bahkan minum air? Berapa
lama? Ngga bakal pingsan? Aktivitas berjalan seperti biasa? Bagaimana kalau
sedang sakit dan harus minum obat? Bagaimana dengan Ramadhan di Indonesia?
Bagaimana dengan Ramadhan di negara yang siangnya terus menerus? Dan sebagainya
dan sebagainya. Saya dengan ilmu yang cetek dan bahasa inggris yang seadanya
hanya bisa berusaha menjelaskan sesederhana mungkin, dengan logika yang mudah
dimengerti. Tetap saja, mereka berpikir shaum di bulan Ramadhan itu berat,
haha. Mudah-mudahan penjelasan saya ngga menyesatkan.
Ramadhan day 18, and
still going strong! Bismillah :D
No comments:
Post a Comment