Friday, November 22, 2013

Take Away? Dine In?

Kalo makan di resto fastfood, biasanya kita ditawarin, "Makan disini atau bawa pulang?". Apapun pilihannya, nggak berpengaruh dengan harga yang harus dibayar. Saya baru tahu beberapa minggu yang lalu (dari penjelasan dosen pas kuliah) bahwa ternyata di luar negeri, resto fastfood yang sama akan mengenakan pajak (dine-in tax) jika kita memilih untuk makan di tempat. Kebanyakan orang luar tidak mau membayar lebih hanya untuk makan sambil duduk di dalam resto. Makanya namanya jadi fastfood, makanan cepat saji dan cepat pergi kali ya. Budaya yang berbeda sekali dengan orang Indonesia dimana orang-orangnya malah memilih meet up di resto fastfood supaya bisa ngobrol lama-lama, haha.

Tapi posting ini intinya bukan tentang fastood. Saya mau cerita tentang ujian. Loh, ujian take away sama dine in? Eh, ngga ding, ini nyama-nyamain istilah aja. Take away itu sama dengan ujian yang dibawa pulang ke rumah alias take home exam, sementara dine in adalah ujian konvensional sekian jam di ruangan. Mungkin banyak yang mengira ujian take home lebih enak ya. Ngga usah capek belajar dan ngapalin slide, bisa ujian sambil ngemil, nyanyi-nyanyi, joget-joget, jungkir balik (dalam kasus saya, uget-uget pundak sambil ngetik), bahkan sambil diskusi jawaban sama temen. Bebas mau ngapain aja, yang penting email sent sebelum deadline yang ditentukan *bukan disepakati. Kenyataannya adalah, ujian take home nggak enak. Sama sekali. Soal untuk ujian take home bisa berkali-kali lipat lebih susah dan mengganggu pikiran daripada ujian konvensional, dengan soalnya 100% berupa pemahaman dan aplikasi teori dalam kehidupan nyata. Walaupun dikerjain di rumah dan waktunya lebih longgar, tetap aja menit-menit kosong di sela ngetik jawaban itu (misalnya pas makan, mandi atau berusaha merem barang lima menit) adalah waktu-waktu yang menyiksa. Kepikiran soal melulu. Kalo berhasil tidur, mimpinya juga menyangkut soal. Kalo dosen yang ngajar dalam satu mata kuliah ada dua, ujiannya ya dua paket soal. Deuh. Belum lagi kalo lagi mati lampu atau koneksi internet lagi bapuk. Atau pas jurnal elektronik ngga bisa diakses. Atau pengalaman saya, tiba-tiba diminta nemenin anter ponakan ke dokter pas besoknya deadline. Terlalu banyak distraksi saat ngerjain ujian ini.

Beda dengan ujian dine-in alias on the spot alias dalam ruangan. Penyiksaan hanya 2-3 jam dengan soal yang lebih sederhana, walaupun lumayan banyak hapalannya *yang tetap harus dipelajari sebelumnya. Tapi dalam hitungan jam itu, semua peserta ujian mendapat waktu dan kondisi yang sama untuk ngerjain soal. Semua tergantung pada kemampuan otak dan emosi untuk menahan pressure ujian. Setelah keluar ruangan, terangkat sudah bebannya. Simpel. Makanya sekarang saya mikir, kalo besok-besok dosennya nawarin jenis ujian, saya mau pilih dine-in aja. Heuh. Kapan bisa makan fastfood lagi ya? *lah

Monday, October 14, 2013

Pangalengan Trip! Yiihaa ^^

Perjalanan liburan yang udah direncanakan dari lama akhirnya kesampean. Weekend kemarin, bertepatan dengan libur lumayan panjang sebelum Idul Adha, kami berangkat ke Pangalengan. Mumpung diajakin si nyonya rumah (Cici), hihi. 

Rombongan Bogor (saya, Cici, Titis) berangkat Jumat ba'da magrib naik bis. Tiba di terminal Leuwipanjang sekitar setengah sebelas malem (kami dijemput ibu dan adiknya Cici). Setelah ditraktir bebek goreng, kami ke rumah Cici di Soreang untuk istirahat. Sabtu pagi, kami menjemput rombongan Jakarta (Mutteb, Budut, Biji) dan anak ilang (Dicky) di Leuwipanjang lagi sebelum melanjutkan perjalanan ke Pangalengan. 
muka kelaperan (foto : Cici)
Bandung-Pangalengan ternyata lumayan jauh. Jalannya, sebagaimana rute pegunungan lainnya, menanjak dan belok-belok macam ular. Untungnya saya ngga sampe mabuk darat karena berbekal t*lak an*in dan minyak angin. Tapi perjalanan sekitar 2 jam itu terbayar lunas begitu masuk kawasan perkebunan teh Pangalengan. Pemandangannya, hawanya, pohon-pohonnya, bagus banget sampe pusing saya hilang seketika. Semua langsung sibuk angkat gadget masing-masing untuk poto-poto dan update socmed *haha. Sampai rumah Pangalengan sekitar jam 2 (mampir makan dan solat dulu di jalan), kami hanya menyimpan tas, istirahat sebentar dan keluar lagi untuk poto-poto di depan rumah.
tiga bersaudara (?)
udik liat pemandangan kebun teh
koleksi taneman di rumah alm. neneknya Cici
Setelah ashar kami diajak Cici keliling-keliling, tapi sayang cuacanya gerimis dan kabut tebal turun sehingga jarak pandang terbatas. Deg-degan juga naek mobil di tengah kabut tebal dan jalanan yang tikungannya maknyos, untungnya Rizal adeknya Cici yang nyupir lihai dan udah hapal jalan. Kami berhenti sebentar di Situ Cileunca dan Rumah Vampir (minjem istilahnya Cici) buat poto-poto. Dekat Rumah Vampir ini ada semacam danau kecil tapi karena kabut tebel banget, danaunya ngga keliatan. Karena makin sore dan suasana makin horor akhirnya kami balik ke rumah setelah mampir beli jagung di jalan.
gerimis di Situ Cileunca (foto : Mutteb)
poto horor depan Rumah Vampir (foto : Mutteb)
ala-ala di negara mana gitu (foto : Mutteb)
Malamnya diisi dengan nonton bola Indonesia vs Korsel di rumah. Iya, jauh-jauh ke Pangalengan tetep nonton bola, seru juga sih sambil ngomentarin pertandingan sambil ngemil jagung bakar. Topiknya antara make up pemain Korea yang pada luntur dan rumput SUGBK yang becek amit-amit mirip rawa tempat mandi bebek setelah diguyur hujan deres. Setelah puas teriak-teriak karena Indonesia menang, ngga lama kemudian kami semua tidur cepat supaya besoknya bisa bangun pagi.
di kota ga punya perapian kakaa (foto : Biji)
Minggu pagi kami sudah dibooking oleh rencana ke pemandian air panas. Untuk menuju ke sana, Rizal kayaknya sengaja pilih jalan muter yang jauh supaya kami bisa melihat lebih banyak sisi area perkebunan teh yang luas itu. Di perjalanan, Cici sama Rizal udah mirip tour guide yang bercerita tentang rumah-rumah, sejarah perkebunan dari jaman Belanda, sampai pipa-pipa logam segede gaban yang mengalirkan gas bumi. Seru!

Jam 7 pagi kami sampai di pemandian air panas Cibolang. Masih sepi! Dengan brutal kami langsung nyebur. Sempat kaget karena airnya panas banget, ditambah badan yang dingin kena udara gunung. Setelah sekitar setengah jam kami bersih-bersih lalu keluar makan mie cup dan cemilan di warung-warung sekitar. Sayang banget ngga banyak orang yang tau objek wisata ini, padahal seru dan murah meriah. Tapi gapapa deh, biar rasanya kayak pemandian privat *eaa.
uapnya mengundang untuk nyebur (foto : Mutteb)
sepi kaan (foto : Mutteb)
udah rapi dan cantik siap lanjut jalan-jalan (foto : Mutteb)
Kenyang sementara, lanjut keliling lagi. Ke makam Tuan Bosscha, poto loncat di tengah kebun teh (yang berakhir gagal dan penuh pose menakjubkan tapi sayangnya bukan pose loncat), terus ke rumah yang pernah dipake syuting film Heart, dan diakhiri dengan ngasih makan rusa tutul. Rusanya lucu, gendut-gendut ngga kayak yang di Istana Bogor. Dasar bocah-bocah narsis, kemana-mana nggak bisa berhenti poto. Maklum di kota jarang nemu yang beginian.
rumahnya baguuss
narsis dulu dikit :p
rusa-rusa yang mengharap wortel
Karena sorenya mau pada kembali ke kenyataan (baca : ibukota dan sekitarnya), kami kembali ke rumah untuk solat zuhur dan makan siang, lalu beres-beres dan pulang. Sempat poto-poto lagi dengan tema 'bergaya lagi survey'. Mampir dulu untuk beli oleh-oleh serba susu di jalan. Liburan yang sungguh seru dan menyenangkan. Semoga bisa kembali kesana lagi dengan teman-teman yang lain. Insya Allah :D
sok pose model
 Thanks for reading! :D

Get Lost in KRB

Sebagai warga Bogor, bisa dibilang saya tumbuh bersama Kebun Raya Bogor alias KRB. Hampir setiap tahun saya masuk KRB dalam rangka jalan-jalan, perpisahan kelas, sampe praktikum. Tapi selama hampir 25 tahun ini, ternyata ada juga spot-spot KRB yang belum pernah saya masuki. Misalnya di foto-foto berikut.

pipa bocor di tengah hutan -__-

kolamnya bagus tapi ngga banyak orang yang tau

ngga ada pengunjung lain disini, kita doang
the stairs to nowhere

kayak di tengah taman jurassic. paku-pakuannya itu loh

rainbow tree!

lucu juga warnanya

pisang songgo langit *eaa

entrance Orchidarium
Setelah menyadari spot-spot asing di KRB, saya jadi pengen eksplor kota Bogor. Pasti banyak banget bagian kota ini yang saya ngga tau juga. Wew.

Thanks for reading! :D

Sunday, September 1, 2013

Mimpi Ujian

Mimpi saya sebelum bangun subuh tadi pagi, adalah menerima hasil placement test bahasa Inggris alias TOEFL-like. Kami calon mahasiswa pasca diwajibkan mengikuti tes ini untuk menakar kemampuan bahasa Inggris kami. Mungkin di perkuliahan nanti bakal banyak bahan bacaan yang berbahasa Inggris, entahlah. Tesnya sendiri sudah berlangsung minggu lalu dan sekarang kami tinggal menunggu hasilnya keluar. Yang agak aneh adalah saya juga masih ingat nilai masing-masing di mimpi itu. Andi 606, Cici 511, saya paling kecil, 504. Haha, nilai dari mana pula ini -___-

Hampir setiap akan ujian atau setelah ujian, saya selalu bermimpi tentang ujiannya. Setelah ujian isi mimpi saya adalah nilainya, sementara sebelum ujian, mimpinya adalah soal-soalnya. Sayangnya soal-soal yang saya mimpiin itu ngga pernah keluar di ujian besoknya. Dan setelah saya pikir-pikir, mungkin saya memang tipe orang yang terlalu khawatir dengan hasil akhir. Walaupun sudah berusaha dari awal, tetep aja ada kecemasan akan 'nilai jelek' itu. Agak mirip si Hermione ya, haha. Ya sudahlah. Tapi tolong kasih tau saya ya kalau ada yang tau cara mengatasinya. Terima kasih :D

NB :
setelah saya posting ini, siangnya saya dapat kabar bahwa nilai placement test-nya baru keluar. haha, kebetulan sekali :p

Friday, August 30, 2013

Kembali ke Kampus

Kembali ngeblog setelah libur panjang, hehe.

Setelah beberapa bulan jadi anak rumahan sambil bergalau ria menunggu pengumuman, alhamdulillah akhirnya bulan ini saya resmi jadi anak kuliahan lagi. Satu hal menarik yg saya temukan adalah, di jenjang yang ini teman-teman sekelas saya lebih beragam. Ada adik2 yang baru lulus sarjana, ada kakak2 yang sudah lebih dewasa, ada juga yang sudah punya anak. Tantangan besarnya adalah bagaimana berkomunikasi dengan berbagai usia ini tanpa menyinggung perasaan, tapi tetap menjadi diri saya sendiri. Bismillah. Dan mungkin saya harus belajar lagi mengatur waktu dan latihan begadang, haha.

Dua dari teman sekelas saya dulu di kelas sarjana juga lanjut, dan yang lucu adalah kami wisuda bareng, mengurus administrasi daftar sekolah lagi bareng, dan sekarang akan kembali kuliah bareng. Mungkin akan spektakuler kalau nanti wisuda bareng lagi, hihi. Aamiin.

wisuda bareng. copyright Refi 2011
minta rekomendasi bareng. copyright Pak Bambang 2013

Sunday, July 7, 2013

My Best Friends' Wedding

Dalam tiga bulan terakhir ini, dua orang teman se-geng saya di Kongkow menikah. Alamaak rasanya antara seneng-bahagia-terharu campur galau menari-nari di dalam hati. Kayaknya ga perlu dijelasin lah ya itu kenapa ada rasa galaunya nyempil. Ihik.

Ini nikahan Ajias, 20 April 2013.

saya jadi ondel2 sehari (baca : penerima tamu) jadi seragamnya beda

Suaminya Ajias, Kokon, adalah teman sekelasnya di kampus. Saya selama kuliah kurang tau nih gimana ceritanya Ajias sama si Kokon. Pokoknya setelah beberapa tahun pacaran akhirnya mereka nikah. Salut juga sebenernya sama mereka, karena mereka seumuran tapi bener-bener bisa mempersiapkan masa depan dan menikah di usia yang cukup muda *bagi saya.

Nikahan Anis, 22 Juni 2013
sambil kasih kado nikahannya Ajias (baru sempet ketemu lagi)

ciee yang udah suami-istri :p
Nah pas nikahan Anis ini, saya ikutan jadi seksi sibuk karena kami udah deket banget dari SMP. Keluarga saya udah hapal Anis karena sering numpang bobo siang di rumah sebelum les, sementara keluarga Anis (mungkin) udah bosen sama saya karena tiap hari libur saya ke rumahnya untuk pinjam atau ngembaliin buku. Jadi saya diminta untuk jadi mandor seksi dekorasi. Kerjaannya memantau vendor dekorasi dan mengecek kesempurnaan dekor sebelum hari H. Alhasil malam sebelum acara, saya ikut menginap di guest house gedung nikahan, bareng sama keluarga dan panitia yang lain. Dan ternyata ngurus nikahan itu capek lo, walau cuma bagian ngecek2 aja.

Jadi setelah dihitung-hitung, dari 10 orang member Kongkow (berasa girlband aja) yang udah menikah ada 3 : Pepey, Ajias, Anis. Satu orang udah taken alias punya calon : Henni. Sisanya, 6 orang termasuk saya, adalah orang-orang yang dilanda galau dan ketidakpastian. Ahahaha. Sudahlah.

Happy Wedding buat Ajias-Kokon dan Anis-Mas Dhian! Smoga kami segera menyusul, hihi (berdoa itu wajib :p).

Tuesday, May 21, 2013

Crochet(ing)

Masih dalam tema mengisi waktu luang sebagai pengangguran, haha.

Salah satu hobi saya yang lumayan bermanfaat adalah merenda. Merenda (crocheting) alias bikin renda, berbeda dengan merajut (knitting). Yang membedakan adalah jarum dan teknik yang digunakan, walaupun hasil akhirnya sekilas tampak mirip. Untuk selanjutnya saya pake istilah bahasa inggrisnya aja ya, biar lebih pas.

Crocheting menggunakan jarum berkait yang disebut hakken atau hakpen. Kaitannya terdapat di salah satu atau kedua ujung jarum. Pada jarum yang memiliki dua buah kait, kedua ukuran kaitnya berbeda. Proses crocheting adalah dengan menarik benang menggunakan kait yang ada di ujung jarum hakken melewati lubang yang dibuat dengan pola tertentu secara simultan. Oke, saya ngga bisa menjelaskan secara naratif dengan baik si proses ini, tapi kalau penasaran bisa cari kata kunci 'crochet' di yutub :p

si jarum hakken alias hakpen

proses awal crocheting, bikin rantai alias chain stitch

salah satu teknik crocheting

beberapa pola umum hasil crocheting


Sementara itu, knitting menggunakan sepasang (dua buah) jarum rajut yang ukurannya lebih panjang daripada jarum hakken. Jarum rajut ini bentuknya mirip stik drum, dalam versi lebih langsing kurus. Ujungnya agak meruncing (saya ingat pernah baca cerita detektif dimana pembunuhnya menggunakan jarum rajut yang ujung runcingnya ditajamkan sebagai senjata pembunuh). Prosesnya lebih kepada melilitkan benang ke jarumnya, lalu dilakukan secara bolak balik per baris rajutan (misal baris pertama, benang dililitkan ke jarum di tangan kiri, lalu baris kedua rajutan dari jarum di kiri dipindahkan ke jarum di tangan kanan sambil menambahkan rajutannya). Bingung ya? Hehe, saya juga belum menguasai kalau si knitting ini, masih belajar dasarnya. Kalau masih abstrak, bayangin deh adegan-adegan di film dimana ada tokoh wanita tua duduk di kursi goyang sambil memegang satu jarum panjang di masing-masing tangannya, terus di bawah kursinya ada gulungan benang. Kebayang kan?

jarum knitting
teknik memegang jarum knitting
proses knitting

salah satu hasil knitting (pola paling dasar)

Nah di beberapa hari bebas ini, saya berhasil membuat beberapa proyek crocheting. Ini penampakannya *jengjeeeng*

tas buat ponakan ^^

take a closer look!

tas, tempat hp, kantong mukena, sarung botol minum

Eh itu, kantong mukena sama tempat hp bukan dibikin pas pengangguran ini, tapi udah lama, hihi. Mau cerita sedikit juga. Dulu saya diajari crocheting ini sama Mamah, waktu masih SD. Pas awal belajar dulu males-malesan tapi sekarang saya bersyukur karena kalau ngga dipaksa, saya ngga bakal punya keterampilan ini yang ternyata cukup terpakai. Mamah saya juga mengajari kakak saya, yang sampai sekarang jauh lebih jago dan hasil crocheting-nya jauuuh lebih rapi dari saya (nasib). Sementara Mamah diajarin Mbah Putri juga duluu. Jadi ini semacam warisan turun temurun lah ya. Kalau saya punya anak perempuan nanti juga mau saya ajarin ah, biar pahala ke kakak, Mamah dan Mbah mengalir terus, insya Allah :)

Sekedar berbagi info dan inspirasi, hehe. Semoga bermanfaat dan terima kasih sudah membaca :D

Bonus image! Ahaha..

NB : semua images dari google, kecuali yang ada 'cap' blog saya

Pengangguran (oh yeah)

Jumpa lagi kawan-kawan blogger! (setelah vakum *lagi* beberapa lama, hehe)

Sekarang saya sudah menyandang status baru sebagai anak rumahan (baca : unemployment). Kasarnya pengangguran lah ya, hihi. Tapi sebagai anak rumahan, saya mau membuktikan bahwa ga kerja kantoran bukan berarti cuma males-malesan di rumah. Karena dengan banyaknya waktu senggang di rumah, saya jadi punya waktu buat masak, beberes rumah (terutama kamar), maen sama ponakan dan doing hobbies kayak baca buku ato crocheting.

Baiklah, minggu pertama saya sebagai fresh unemployment saya isi dengan makeover meja belajar. Sebenernya ini proyek yang udah lama tertunda setengah selesai, jadi pas udah mulai nganggur di rumah, mulailah itu si meja diubek-ubek lagi. Ini penampakan si meja korban makeover (versi before):

semuanya berantakan ditumpuk-tumpuk cuy

sampe kolong meja pun berantakan -__-

 Ini bahan dan alat-alat perangnya..

kertas kado, kotak-kotak bekas,dan alat-alat standar buat bikin prakarya

Dan, tadaaaa!
Inilah hasil after-nya.. Yah emang ga beda jauh sih, tambah penuh malah, haha *makeover gagal dong*

kelihatan bedanya sama versi before?

intinya sih, bagian-bagian meja yang udah pada cacat ditutupin :p

Pertanyaannya, kenapa si meja ini dipertahankan sih? Ga beli baru aja? Well, yang pertama tentu karena alasan ekonomi dong ya. Beli meja baru pasti lebih mahal daripada makeover meja lama yang modalnya cuma beberapa lembar kertas kado. Lagipula setelah menilik-nilik meja belajar yang banyak dijual di pasaran, saya rasa kualitasnya ga sebagus meja-meja yang dijual jaman dulu. Ga tau juga ding, perasaan saya aja kali, hehe. Tapi alasan lainnya yaitu karena meja ini lumayan bersejarah buat saya. Bayangin aja, ini meja udah dipake kakak saya yang usianya 8 tahun di atas saya. Sejauh yang saya inget, meja ini ada dari kakak saya SD. Mungkin malah seumuran saya. Wew, awet juga ya.

Sekian pekerjaan makeover meja saya, semoga bermanfaat! Dan terima kasih sudah membaca :D

Sunday, April 14, 2013

ABG (?)

Saya, Chan2 dan Manceu.

Waktu kuliah dulu, teman-teman sekelas kami menjuluki kami ABG, Anak Bogor Gelo. Entah darimana awalnya. Padahal yang anak Bogor bukan hanya kami bertiga, tapi ternyata julukan itu hanya nempel pada kami bertiga. Mungkin karena dari awal kuliah di semester 3 kami selalu kemana-mana bertiga. Pulang bertiga *karena yang lain pulang ke kosan. Main bertiga. Makan bertiga. Tak terpisahkan, sampai akhirnya Chan2 mulai pacaran dan kami kalah sama pacarnya. Ihihi *peace Chaan :p

Sampai sekarang, selepas lulus kuliah, kami masih sering kontak via social media atau lainnya. Ngegosip bertiga *dan hanya kami bertiga yang tahu, haha. Jalan-jalan seharian pas dapet libur barengan. Mudah-mudahan sampai nenek-nenek juga masih bisa hangout bareng yaa :D

semua foto dari hape manceu

Plantaholic

Well, it's been a loooong time since my last post, hehe. Now I'm here to share my story. It's been hard times, lately, but still I have too many reasons for smiling, Alhamdulillah. I'm going to move from my office by the end of this month, and I'm still struggling to start a new life in few months, hopefully *finger-crossed.

A few days ago, a friend told me to make a twitter account about plants and gardening. Since I am a plantaholic, I agreed and added, how about making a blog too? In blog we can share many things which are too long to be tweeted, haha. So here we go, a blog named "Plantaholic Indonesia" and a twitter account named @plantaholic. Our purposes making these accounts were to share about Indonesian plants, parks, gardens, and anything related to our world, landscaping and plants, from our side *newbies. And we will be very happy if these can be useful for others :)

Cheers! Thanks for reading. And don't forget to interact with plantaholic :p

Sunday, January 13, 2013

Little Park of Beautiful Indonesia (terjemahan bebas)

Entah kenapa, keponakan-keponakan saya suka banget ngajak (baca : maksa) saya ikut jalan-jalan. Minggu lalu, hari terakhir liburan anak sekolah, saya pun 'dipaksa' ikut mereka ke Taman Mini Indonesia Indah. Sebenernya rencana awal adalah pergi di hari Sabtunya, tapi karena saya masuk kerja, mereka pun bela-belain mengundurkan jadwal jadi hari Minggu -___-

Okei, sebenernya saya cukup senang diajak ke TMII. Terakhir kali saya kesana adalah saat study tour kelas 3 SMP. Wew. Jadi malam minggunya, saya dengan cukup semangat  googling dulu tentang TMII, mencari-cari objek apa yang kira-kira seru dikunjungi. Walaupun pada akhirnya catatan saya ngga kepake karena kami mengikuti keinginan si bocah-bocah. Haha *miris.

TMII ini termasuk salah satu objek wisata edukasi yang menarik, murah meriah dan mudah dijangkau. Pilihan objeknya juga beragam, mulai dari museum-museum, area flora dan fauna, hingga tempat bermain anak. Objek pertama yang kami kunjungi adalah Museum Indonesia. Dari luar, museum ini sangat kental bernuansa Bali dengan berbagai ukiran dan ornamen di setiap sudut bangunannya. Disini kami bertemu cukup banyak turis mancanegara yang tertarik dengan budaya Indonesia. Tepat juga sih, karena museum ini berisi berbagai produk budaya dari berbagai penjuru Indonesia dan beberapa benda bersejarah juga. Secara keseluruhan mungkin seperti gabungan antara beberapa museum yang pernah saya kunjungi di area Kota Tua Jakarta, namun dalam versi lebih kecil dan ringkas.

luarnya Museum Indonesia ni
pose dikit depan penganten dari Papua dan SumSel :p

Selanjutnya kami ke arah Taman Burung. Tapi melihat areanya yang sepertinya cukup luas (atau pada takut sama burung), akhirnya keponakan-keponakan saya pun lari ke PP Iptek yang terletak di seberangnya. Pilihan yang tepat buat mereka sih, sementara saya, kakak dan kakak ipar saya keburu capek ngikutin mereka keliling PP Iptek. Tapi objek yang satu ini memang cocok dan oke banget buat anak-anak karena disini mereka mendapat banyak pengetahuan dengan cara yang super menyenangkan. Dan dari pengamatan saya, sepertinya PP Iptek ini adalah destinasi favorit di area TMII, dilihat dari jumlah pengunjungnya yang banyak dan mayoritas anak-anak.

tanpa tipuan kamera loh ini, hihi

Setelah capek keliling PP Iptek, kami makan bekal di mobil. Udah berasa piknik deh. Lalu bocah-bocah yang kembali segar setelah 'isi bensin' mulai merengek-rengek lagi pengen ke Istana Anak Anak. Eh saya juga penasaran, karena yang paling saya ingat dari TMII waktu kesana pas TK dulu adalah istana merah ala negeri dongeng itu. Jadi kami pun ke lokasi yang dituju. Ternyata dalam jangka waktu hampir 20 tahun, area sekitar istana sudah sangat berubah. Sepanjang ingatan saya, Istana Anak Anak dulu dikelilingi lapangan rumput yang lumayan luas. Sekarang ternyata sudah penuh perkerasan dengan orang jualan dimana-mana. Sedih juga.

ini si Istana Anak Anak, iconnya TMII
pengen jadi bocah lagi biar bisa naek kereta mini ini
tempat sampah lucu di Istana Anak Anak *abaikan yang kanan bawah
Walaupun cuma ngikutin bocah-bocah keliling 3 spot, pegelnya kaki udah tak tertahankan. Belum lagi liat kondisi TMII yang penuh manusia. Banyak anjungan yang dipakai acara resepsi atau reuni juga, sampai jalannya banyak yang dialihkan. Akhirnya kami memutuskan untuk pulang. Toh besoknya pada masuk sekolah atau kerja, dan kami semua butuh istirahat. Masih banyak spot yang belum dikunjungi di TMII, tapi kami berencana kembali kesana kapan-kapan :D

Cheers! Thanks for reading :D