Balik ke topik, saya mau cerita pengalaman saya tentang mengurus visa kunjungan singkat untuk keberangkatan ke Jepang. Alhamdulillah saya dapet kesempatan untuk berangkat ke Jepang, Insya Allah Agustus nanti. Nah karena saya berangkat sendiri, jadi semua-muanya harus ngurus sendiri. Gentar? Ngga juga. Cuma takut ada yang kelewat karena ngga ada yang ngingetin.
Jadi prosesnya begini. Setelah mendapat kepastian berangkat dari pihak kampus penyelenggara acara yang bakal saya ikutin di Jepang, saya dikirimin email berisi dokumen-dokumen (itinerary, sertifikat pengundang, undangan, reason of invitation, letter of guarantee). Instruksi dari email tersebut adalah bawa semua dokumen tersebut ke konsulat jenderal Jepang terdekat dan lengkapi dengan dokumen lain yang diperlukan. Menurut temen-temen saya yang tahun lalu ke Jepang, di kampus saya (kampus pertanian di Bogor) ada layanan yang bisa bantu mengurus visa, namanya ICO. Jadi nanti mereka yang daftarin visa kita, dengan biaya yang sedikit lebih mahal daripada ngurus sendiri. Berhubung saya agak males bolak balik Jakarta-Bogor (apalagi bulan puasa, hehe) jadi saya memutuskan nyoba ke ICO dulu yang lokasinya di Wing Sekolah Pascasarjana dekat Rektorat. Ternyata waktu saya kesana, mereka udah ngga bisa membantu pengurusan visa yang artinya saya harus jalan sendiri ke Kedubes Jepang. Hiks. Tapi mereka bisa bantu dengan mengeluarkan surat keterangan mahasiswa aja, yang bisa diurus dalam 2 hari. Dasar saya yang nekat, saya akhirnya cuma ngurus surat keterangan mahasiswa ke departemen (jurusan), bukan ke pascasarjana atau ICO tadi. Surat dari departemen ini jadi dalam 1 hari aja.
Surat-surat udah di tangan, trus saya ngecek persyaratan pembuatan visa di sini. Saya catetin aja tuh semua syaratnya sebagai berikut :
- Paspor. Ini yang paling penting karena kalo ga ada paspor ya kita ga bisa masuk negara lain (ya iyalah ntar dikira imigran gelap). Visa kita nanti bakal ditempel disini. Pastikan tanggal berlakunya minimal 6 bulan ya.
- Formulir permohonan visa (bisa didownload di link tadi) yang ditempel foto 4,5x4,5 cm, latar polos warna putih. Pas foto untuk visa bisa dibuat di studio foto, bilang aja untuk visa ke Jepang. Mas-masnya biasanya udah ada template-nya. Saya kemarin foto di Botani Square dengan biaya 40rb, dapet 3 lembar foto plus cd.
- Fotokopi KTP
- Fotokopi KTM. Disini fotokopi KTM saya hekter sekalian dengan fotokopi surat keterangan mahasiswa dari departemen tadi, tapi ternyata di loket diminta yang asli, jadi saya tuker deh sama surat aslinya.
- Bukti reservasi tiket PP. Ini penting untuk bukti rencana durasi kita tinggal di Jepang. Saya apply buat kunjungan singkat dengan durasi maksimal 15 hari. Diperhatikan bener-bener ya tanggal masuk dan keluar Jepangnya, sama port masuk/keluar (misal nyampe di bandara apa, flight apa, jam berapa).
- Itinerary. Dokumen ini semacam rencana perjalanan kita selama di Jepang, disertai alamat tempat kita menginap. Jadi kalo ada apa-apa bisa dihubungi ke alamat tersebut. Kalo untuk liburan, tipsnya buat itinerary seringkas mungkin dengan satu aja tempat bermalam. Soalnya kalo tempat tujuan kita banyak, pihak kedutaan biasanya akan membandingkan dengan jumlah saldo rekening kita. Tapi karena saya ke Jepang untuk acara akademik, jadi itinerary pun udah dikirimin dari sana, beserta alamat international house yang bakal saya tempatin.
- Sertifikat pengundang. Pas nerima dokumen ini saya sempet bingung. Tulisannya Jepang semua bo, kaga ada English apalagi bahasanya. Saya sampe nanya balik via email ke pihak kampus sana. Ternyata sertifikat ini (yang saya terima sertifikat dekan fakultas yang punya hajat) adalah salah satu jaminan bahwa saya ada yang jagain di sana, gitu. Ga bakal terlunta-lunta di negeri orang (apa sih).
- Fotokopi Kartu Keluarga / Akte Kelahiran. Ini kalo mau apply beberapa visa, misalnya sekeluarga mau jalan-jalan ke Jepang, maka lampirkan fotokopi KK. Kemarin sih saya lampirin aja semuanya biar aman, tapi akhirnya dikembaliin di loket, hehe.
- Undangan / invitation. Saya lampirkan undangan resmi berbahasa Inggris dari dekannya dan dokumen berbahasa Jepang (yang kayaknya reason of invitation). Di situ ada alamat international house dan kontak yang bisa dihubungi di Jepang, in case of emergency.
- Surat jaminan / letter of guarantee. Sama kayak itinerary dan satu surat lainnya, surat ini juga full Japanese, jadi saya cuma bisa ngira-ngira isinya, haha. Intinya sih pihak yang bakal menjamin kita selama di sana, makanya orangnya sama dengan yang di sertifikat pengundang.
- Bukti keuangan 3 bulan terakhir. Bisa rekening koran asli dari bank atau fotokopi buku tabungan. Kalo ngga salah sih ini buat yang pergi pake biaya pribadi aja (Insya Allah saya dapet beasiswa dari program ini), tapi kemarin saya masukin juga ke bundel persyaratan dan ngga dibalikin sama mas-mas di loket. FYI, denger-denger biaya hidup sehari di Jepang sekitar 1 juta rupiah, jadi kalo mau ke Jepang pake biaya pribadi, pastikan saldo tabungan kamu mencukupi (kaliin sama jumlah hari kamu bakal stay di sana, trus tambahin dikit buat jaga-jaga). Sumber dananya ngga dilacak kok, jadi kalo misalnya saldo kamu minimalis (kayak saya) bisa pinjem ke ortu atau sodara dulu. Hehe. Pas ngasih rekening koran kemarin saldo saya sekitar 10 juta aja (udah sama minjem).
Setelah memastikan dokumen saya lengkap dan terurut, saya mulai menyusun rencana buat ke Kedubes Jepang di Jakarta. Oiya, penting banget buat ngecek wilayah yurisdiksi KTP kamu, karena kalo kamu bikin visa di luar wilayah yurisdiksi, aplikasi visa kamu ngga bakal diterima. Kalo ragu bisa cek di sini. Tips dari saya, bawa aja semua dokumen yang dibutuhkan, asli dan kopiannya. Jadi saya bawa lah itu segala si akte, KK, buku tabungan, dll asli dan kopiannya. Jaga-jaga biar ngga usah bolak balik ato ke luar hanya untuk cari fotokopian.
Biar ngga kepanjangan, tulisannya saya pecah jadi 2 part aja yaa. Klik di sini untuk proses memperjuangkan visa Jepang selanjutnyaa.
Cheers
Thanks for reading! ^^
No comments:
Post a Comment