Monday, January 9, 2012

Java - Bali Trip : Bali Day 1

Sambungan dari post sebelumnya.

Bagian dari perjalanan menuju Bali yang paling mengesankan buat saya adalah berkilo-kilometer jalan berkelok-kelok di tengah hutan dari Situbondo ke Banyuwangi, malam hari menjelang tahun baru 2012. Motor-motor berseliweran menuju Banyuwangi, penumpangnya kebanyakan pemuda dan pemudi. Mungkin mau menikmati tahun baru dengan menyaksikan gemerlap kembang api dari Bali *dari sekitar Ketapang kelihatan. Saya sebenernya kurang excited dengan segala macam perayaan tahun baru, kecuali film di tivi yang jadi bagus-bagus. Dan kali ini pun, ternyata saya malah sama sekali ngga merasakan pergantian tahun. Penyeberangan dari Ketapang berangkat sekitar pukul 23.00 WIB, lama penyeberangan kira-kira satu jam, jadi seharusnya kami tiba di Gilimanuk sekitar tengah malam, WIB. Dan pastinya di Bali sudah pukul 01.00 WITA saudara-saudari.. Hahaha.

Setelah 6 jam perjalanan dari pelabuhan, sampailah kami di Sanur, tempat kami menginap selama di Bali. Sempat mampir sholat subuh di sebuah SPBU. Oiya, kalau di pulau Jawa hampir semua SPBU ada musholanya, nah di Bali ini yang pasti ada adalah pura kecil atau semacam tempat berdoa umat Hindu. Tempat berdoa ini juga bisa kita temukan di hampir setiap bangunan di Bali, baik rumah, tempat usaha, pasar, mall besar, bahkan warung *saya ga tau namanya, mungin Sendy bisa bantu?* Yang saya perhatikan adalah, makin besar bangunannya, si tempat ibadah ini makin besar juga. Berbeda dengan di Jakarta atau Bogor ya, dimana ukuran mushola di dalam mall-mall besar kadang ngga proporsional sama sekali.

Setelah mandi, beres-beres dan istirahat sebentar, wisata Bali dimulai. Yang paling dekat duluan, yaitu Pantai Sanur. Ternyata Sanur di hari pertama tahun 2012 ga ada bedanya sama Ancol, sama-sama kayak cendol.  Cuma di Sanur cendolnya kebanyakan impor. Jadi setelah sepuluh menit muter-muter pantai, kami menyerah dan balik ke hotel untuk tidur siang *betapa malasnya. Sore harinya kami baru keluar lagi, dengan tujuan muter-muter kota Denpasar. Di perjalanan saya mendapati ada satu jalan yang khusus menjual tanaman dan ornamen lanskap. Haha, jadi inget Pajajaran. Kami berhenti di semacam taman kota dengan sebuah tugu di tengahnya. Baca papan namanya, Monumen Perjuangan Rakyat Bali, atau setelah saya cari di wikipedia namanya adalah Monumen Bajra Sandhi. Sayang kami datang kesorean, jadi cuma bisa foto-foto di pelatarannya. Keterangan mengenai monumen ini bisa dibaca disini.



 


 

Dari monumen, kami lanjut puter-puter kota untuk cari makanan halal. Dan makanan halal di tempat yang muslimnya minoritas susah banget. Alternatifnya terbatas pada warung padang, warung jawa, atau warung yang memajang tulisan "Warung Muslim". Kalau bener-bener mentok ya mau nggak mau, franchise macam McDonalds, KFC atau Pizza Hut. Ada juga sih rumah makan macam Bumbu Desa atau D'Cost, tapi kok ngga spesial aja rasanya, jauh-jauh ke Bali makannya di franchise lagi. Yang sempat bikin shock adalah betapa mudahnya kita menemukan warung babi guling di Bali ini. Dengan foto si babi malang terpampang di depan warungnya. Bahkan di daerah Tabanan kami menemukan sebuah warung yang cara penyajiannya sangat frontal, yaitu dengan memajang si babi guling di atas meja, di pinggir jalan. Duh. Akhirnya setelah mencapai daerah pinggiran kota, ketemu juga deretan warung muslim dengan berbagai menu. Alhamdulillah. Masalah kembali muncul ketika akan sholat maghrib. Malam itu, kami mencari masjid sampai masuk-masuk komplek perumahan. Tapi setelah nemu, rasanya senang banget. Lebih senang dibanding sholat di masjid dekat rumah. Mungkin benar apa kata orang, nikmatnya sholat berjamaah di masjid baru berasa kalau masjid jadi tempat langka. Sekarang saya benar-benar bersyukur dengan mudahnya nyari tempat sholat dan makanan halal di Bogor *dulunya cuek-cuek aja. Ah sudahlah. Waktunya tidur dan simpan tenaga untuk kembali bertualang keesokan harinya :D

to be continued..


No comments:

Post a Comment